Ingin Naskahmu Terbit Mayor? Coba 5 Tips ini Agar Naskahmu Dilirik Editor Penerbit Mayor

naskah dilirik editor
Naskah dilirik editor


Siapa sih yang nggak mau naskahnya bisa terbit mayor. Semua pasti mau ya kan? Wajar rasanya, jika banyak yang kemudian ngebet banget mau jadi penulis. Apalagi bisa tembus penerbit mayor. Pasti senangnya bukan main. Tapi sayangnya untuk bisa menembus penerbit mayor tak semudah membalikan telapak tangan. Tidak semudah itu kawan—semua butuh proses yang panjang. Tapi tenang, saya punya tips agar naskah kita bisa dilirik editor maupun penerbit. Mau tahu? Check it out! 

Pastikan naskah kita sudah rapi 


Langkah pertama yang harus diperhatikan penulis khususnya pemula adalah kerapian naskah. Jangan salah, terlihat sepele memang, tapi bisa bikin ambyar. Boleh jadi naskah akan langsung ditolak editor mentah-mentah karena tidak rapi. Nah, pastikan juga selain rapi naskah juga sudah harus selesai ya.

Gimana bisa kirim naskah kalau naskahnya belum selesai, ya, kan? Nah itu dia nih masalahnya, setiap nulis selalu terkena writer's block. jadi naskah nggak kelar-kelar deh. Naskah jadi di anggurin. Ada solusi? Untuk bisa mengatasi masalah writer's block, kita harus tahu dulu apa yang menjadi penyebab writer's block itu. Setelah mengetahui penyebabnya, maka solusinya juga bisa segera ditemukan.

Jangan salah, boleh jadi kerapian naskah sangat memengaruhi review dari editor lho. Lagi pula, kalau naskahnya berantakan editor juga malas bacanya. Sebab, yang kirim naskah itu banyak. Lha, kalau ada naskah yang berantakan alias nggak rapi, otomatis diabaikan. Alhasil, kita yang kelimpungan. Betul? Sudah pasti naskah nggak bakal dilirik alias ditolak mentah-mentah. Nah, gawat, 'kan?

Jangankan editor, kita sendiri kalau lihat tulisan yang nggak rapi alias berantakan pasti juga ogah, ‘kan? Baru melirik dikit aja mata udah pegel lagi sepet. Benar ya? Begitu juga dengan editor, tugas mereka udah bejibun dan bikin penat, eh tiba-tiba ada yang kirim naskah awut-awutan. Beuh, rasanya pasti sungguh menyakitkan. Gimana naskah bisa lolos kalau belum apa-apa sudah bikin editor pegel hati. Hal yang pertama dinilai oleh editor itu boleh jadi kerapian naskah. Kalau rapi kan enak dilihatnya. Bacanya juga nyaman. Betul? 

So, mulai sekarang perhatikan naskahmu sebelum dikirim ya! 

Cari tahu visi misi penerbit 


Setiap penerbit tentu memiliki visi dan misi yang berbeda. Nah, kita sebagai penulis kudu cari tahu dulu tentang visi misi penerbit yang dituju. Tujuannya agar naskah kita sesuai visi misi mereka. Jangan sampai, mereka khusus menerbitkan buku Islami eh yang kita kirim naskah romance. Ya jelas ditolak dong. 

Udah ditolak plus malu lagi. Nah lho, siapa yang rugi coba? Maka, sebelum kirm naskah ada baiknya cari tahu dulu apa visi dan misi penerbit yang dituju. Agar kita juga tak salah dalam mengirim naskah. Pun, peluang lolosnya bisa lebih besar. 

Cari tahu juga buku-buku terbitan mereka seperti apa. Sehingga kita bisa tahu selera naskah yang diterima oleh penerbit itu seperti apa. Jangan salah, nggak semua penerbit yang bisa menerima semua jenis naskah. Ada penerbit yang hanya menerbitkan kitab-kitab klasik, ada yang hanya khusus menerbitkan buku-buku Islami, dan ada juga yang hanya menerbitkan novel. 

Yuk, cari tahu dulu visi misi penerbit yang dituju agar tidak salah kirim naskah! 

Pahami kriteria dan format penulisan naskah 


Ini juga nggak kalah penting lho. Sebab, masing-masing penerbit memiliki format penulisan naskah yang berbeda-beda. Ada yang pakai font times new roman, size 12, spasi 1,5 ukuran A4 dengan ketebalan 100-200 halaman. Ada juga yang memakai font calibri, size 12, spasi 1 ukuran A4 dengan ketebalan 150-250 halaman. 

Terlihat sepele memang, tapi bisa menjadi naskah kita ditolak lho. Gawat, bukan? Untuk itu, kita juga harus tahu kriteria dan format penulisan naskah. Saya pernah mendapat penolakan dari penerbit dengan alasan naskah terlalu tipis. Sebagai penulis, kita nggak boleh lalai sama hal-hal kayak gini. 

So, jangan abai pada hal-hal receh kayak gini ya. Boleh jadi, itu menjadi pertimbangan editor untuk meloloskan karyamu. 

Tulis pengantar naskah yang baik dan sopan saat mengirimkan naskah 


Pengantar yang baik dan sopan saat mengirim naskah menjadi salah satu point yang diperhatikan editor. Konon, ada seorang editor senior salah satu penerbit mayor yang menolak naskah lantaran kalimat pengantarnya tidak sopan. 

Misalnya: 

Halo Penerbit X 

Saya Abu, dengan ini saya mengirimkan naskah. Mohon segera diterbitkan secepatnya! 

Jika pengantarnya seperti itu wajar jika naskah kita ditolak. Lha, kita ini siapa, berani-beraninya menyuruh editor begitu? Hal ini mungkin terlihat sepele, tapi boleh jadi menyebkan kita di blacklist. Jika sudah diblacklist, maka naskah kita nggak bakal dilirik sebagus apapun. 

Jika sudah diblacklist, maka kita nggak punya kesempatan untuk mengirim naskah ke penerbit itu lagi. Jangan anggap remeh, pengantar yang baik dan sopan bisa menjadi point untuk meloloskan naskahmu. 

Lalu bagaimana cara menulis pengantar naskah yang baik itu? 

Setiap penulis tentu berbeda-beda dalam membuat surat pengantar yang baik dan sopan saat akan mengirimkan naskahnya. Begitu pun dengan saya. Lalu bagaimana saya membuat pengantar naskah? Berikut ini beberapa cara saya membuat pengantar naskah yang baik dan sopan. 

Contoh 1: 

Yth. Penerbit X 

di Tempat. 

Dengan hormat, perkenalkan saya Toni Al-Munawwar. Bersama ini, saya ingin menawarkan naskah dengan judul XXX. Semoga naskah ini dapat diterima dengan baik dan diterbitkan oleh Penerbit X. Saya tunggu kabar baiknya. Atas perhatian dan kerja samanya, saya ucapkan terima kasih. 

Salam, 

Toni Al-Munawwar 

Contoh 2: 

Assalamuaikum Mbak XXX 

Apa kabar? 

Semoga sehat selalu dan diberi keberkahan oleh Allah Swt. Aamiin. Perkenalkan saya Toni Al-Munawwar. Bersama ini, saya ingin menawarkan naskah dengan judul XXX. Semoga naskah ini dapat diterima dengan baik dan diterbitkan oleh Penerbit X. Saya tunggu kabar baiknya Mbak. Atas perhatian dan kerja samanya, saya ucapkan terima kasih. 

Salam, 

Toni Al-Munawwar 

Untuk contoh kedua, itu jika kita telah mengetahui nama editornya. Atau di alamat email sudah tertera nama sang editor. Pun, pada contoh kedua di atas, itu adalah salah satu contoh surat pengantar naskah ke penerbit Islami. Jika penerbit atau editornya umum bagaimana? Ya, tinggal disesuaikan saja bahasanya. 

Lalu mana yang harus dipilih? 

Sejauh ini, saya selalu menggunakan contoh yang pertama. Sebab, rata-rata penerbit menyediakan alamat email penerimaan naskah secara umum bukan langsung ke kontak editornya. Mereka sendirilah yang nanti akan meneruskan email kita ke editor yang sesuai dengan genre naskah kita. 

Untuk contoh kedua, saya gunakan jika memang sudah tahu nama editornya—atau alamat email penerimaan naskah langsung menuju email editor. Misalnya toni@penerbitx.com. Nah, jika seperti itu, maka saya membuat pengantar naskanya juga menyesuaikan. Seperti yang tertera pada contoh kedua di atas. 

Sabar menunggu


Nah, saat kita megirim naskah ke penerbit mayor, naskah itu nggak langsung di review. Harus menunggu antrean. Maka, tak heran jika rata-rata penerbit memberi hasil keputusan paling cepat tiga bulan sejak naskah dikirim. Setiap penerbit akan berbeda dalam memberi hasil keputusan tentang naskah kita. Berdasarkan pengalaman pribadi, ada penerbit yang memberi kabar setelah satu bulan sejak naskah dikirim. Ada juga yang dua bulan. Bahkan, ada yang lebih dari tiga bulan tak ada kabar sama sekali. 

Maka dari itu, kita kudu sabar menunggu sampai batas waktu yang ditentukan. Lebih baik, gunakan waktu menunggu dengan menulis naskah baru. Kan lumayan saat mendapat kabar naskah kita lolos, kita sudah punya naskah baru yang siap dikirimkan ke penerbit yang berbeda. Jika sudah lewat tiga bulan belum ada kabar, boleh ditanyakan dengan baik. Jika masih tak ada kabar, silakan buat penarikan naskah lalu kirim ke penerbit lain. 

Nah itulah, lima tips naskah dilirik editor. Semoga bermanfaat! Keep spirit  😊😊😊
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

10 komentar untuk "Ingin Naskahmu Terbit Mayor? Coba 5 Tips ini Agar Naskahmu Dilirik Editor Penerbit Mayor"

Comment Author Avatar
Kalau boleh bertanya balik, lebih bagus mana mayor atau indie/minor? Selera kali ya
Comment Author Avatar
Semua memiliki kelebihan masing-masing Mas. Penerbit mayor bagus untuk branding dan distribusinya luas menurut saya Mas.
Comment Author Avatar
baru tembus satu itupun gegara ikutan lomba menulis novel anak
Comment Author Avatar
Wah.. kudu sering tengok blogmu mas. Terutama buat emak2 pemula dan gaptek seperti saya. Makasih infonya mas🙏
Comment Author Avatar
Keren, satu lagi syaratnya naskahnya rampung. Duh maa aku kalau nulis novel ga sampai tamat, suka terselip mau bikin naskah yang lain.
Ga bisa terus fokus. Masalahnya dimana ya? Apalah memang aku tidak afa bakat atau aku terlalu bosenan?
Comment Author Avatar
Masalahnya hanya satu Mas. Mas kurang fokus aja. Untuk mengatasinya coba kembali ke tujuan menulis novel itu untuk apa, agar bisa fokus.

Aturan Berkomentar : Harap dibaca dan perhatikan setiap aturan dengan saksama!

1.Berkomentar sesuai topik.
2. Dilarang Spam.
3. Dilarang meninggalkan link Blog/Web
4. Jangan basa-basi seperti mantab Gan, nice info, maupun sejenisnya.
5. Usahakan berkomentar yang relevan dengan topik yang di bahas.
6. Komentar yang menyisipkan link web atau blog, termasuk kategori spam dan tidak akan di approved!