Menerima Diri Apa Adanya

Menerima Diri Apa Adanya merupakan resensi atas buku Kekuatan Menerima Diri Apa Adanya karya Brene Brown, Ph.D., L.M.S.W. terbitan Gramedia Pustaka Utama
Hasil Scan Pribadi

Brene Brown, Ph.D., L.M.S.W.



Judul Buku : Kekuatan Menerima Diri Apa Adanya

Penulis : Brene Brown, Ph.D., L.M.S.W.

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Terbit : 2016

Tebal : 220 hal

Isbn : 978-602-03-1647-5

Setiap insan pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Terkadang ketika mendapati diri memiliki kekurangan, sering kali kita merasa minder. Merasa bahwa hanyalah kita yang terlahir demikian. Padahal, tidak. Jika mau berpikir lebih jernih, masih banyak orang yang bernasib sama.

Keterbatasan acap kali membuat seseorang merasa tak berdaya. Menjadikan diri seakan seonggok sampah yang tidak berguna. Meskipun terlahir memiliki kekurangan bukan berarti tidak punya kelebihan. Pasti ada sesuatu yang menonjol dari dalam diri. Begitu pun sebaliknya, seseorang yang terlahir sempurna pasti memiliki kekurangan dalam dirinya.

Misalnya ada seseorang yang terlahir (maaf) idiot, sering dibuly kawan-kawannya, namun, dia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Jenius. Ya, sering kali anak yang terlahir demikian mempunyai otak yang jenius melebihi kebanyakan orang. Seperti kisah Albert Einsten yang harus dikeluarkan dari sekolah karena keterlambatan dalam berbicara dan mengidap autisme. Tetapi seiring berjalannya waktu, dia menjadi ilmuan yang sangat terkenal di dunia. Teorinya pun masih digunakan hingga kini.

Brene Brown sebagai seorang periset perasaan malu, mencoba membuat sebuah gebrakan bagaimana kita bisa menerima diri apa adanya. Beliau memberikan 10 tiang petunjuk agar seseorang bisa keluar dari belengu-belenggu merasa diri tak berdaya.

Petunjuk pertama, Brene Brown mencoba memaparkan sesuatu yang sering orang lain pikir. Misalnya ketika memiliki tubuh yang gemuk lalu ada yang berkata; “Kamu gendutan ya,” maka kita akan merasa tidak nyaman dengan pernyataan tersebut. Akhirnya, berusaha untuk melangsingkan badan. Cara yang ditempuh pun terkadang berlebihan. Tentu ini akan membuat diri semakin tidak nyaman dan menderita.

Akan berbeda jika kita menjadi diri sendiri. Apa adanya. Tak ada beban yang menghantui. Hidup pun jadi nyaman. Meskipun menurut Brene Brown, ketika kita menjadi diri yang sesngguhnya orang-orang akan sulit memahami bagaimana dan mengapa kita berubah. (hal 84)

Tetapi hal itu tidak masalah menurut saya. Dengan menjadi diri sendiri yang apa adanya kita bisa menjalani hidup dengan nyaman dan bahagia. Tidak lagi pusing memikirkan pendapat orang lain. Apapun dan bagaimana pun diri kita, kitalah yang tahu persis apa yang membuat diri ini merasa nyaman.

Manusia juga cenderung “Menjadi orang lain” dengan ikut-ikutan gaya hidup orang lain. Padahal gaya hidup yang mereka jalani belum tentu sesuai dengan kita. Pun belum tentu membuat diri menjadi nyaman. Misalnya, seorang yang terbiasa menggunakan sandal jepit, tidak akan nyaman ketika menggunakan high heels. Tentu akan kerepotan bila harus berjalan menggunakan high heels. Karena sudah terbiasa pakai sandal jepit.

Buku ini cocok sebagai teman bacaan, karena Brene tidak hanya berbicara tetapi juga melakukan riset. Sehingga apa yang tertuang dalam buku ini sudah teruji. Namun sayang, buku best seller versi New York Time ini memiliki sedikit kekuarangan. Yaitu saya menemukan kata “Pratek” yang tertulis di buku ini. Awalnya saya mengira ini merupakan salah ketik. Tetapi setelah berlanjut pada lembar-lembar berikutnya saya menemukan kesalahan yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “Pratek” yang benar ditulis “Pratik” yang memiliki arti pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

2 komentar untuk "Menerima Diri Apa Adanya"

Comment Author Avatar
Untuk buku kekuatan menerima diri apa adanya apakah sekarang sudah berubah menjadi buku berjudul tak apa apa tak sempurna? Atau kedua buku tersebut berbeda? Mohon bantuannya
Comment Author Avatar
Sepertinya sekarang sudah ganti judul menjadi Tak Apa-Apa Tak Sempurna.

Aturan Berkomentar : Harap dibaca dan perhatikan setiap aturan dengan saksama!

1.Berkomentar sesuai topik.
2. Dilarang Spam.
3. Dilarang meninggalkan link Blog/Web
4. Jangan basa-basi seperti mantab Gan, nice info, maupun sejenisnya.
5. Usahakan berkomentar yang relevan dengan topik yang di bahas.
6. Komentar yang menyisipkan link web atau blog, termasuk kategori spam dan tidak akan di approved!