Masih Zaman Pacaran?

pacaran
Tyler Nix on Unsplash



Di sini saya ingin membahas sedikit tentang pacaran. Bicara soal ini, berarti kita juga bicara tentang cinta. Cinta siapa? Tentunya cinta para muda-mudi. Cinta kepada lain jenis adalah fitrah manusia. Karena dengan cinta, hidup menjadi indah. Bukan, begitu?

Oleh karena itu, Allah menjadikan perempuan sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga. Iya, kamu tidak salah dengar, perempuan. Tapi apakah cinta harus diwujudkan dalam bentuk pacaran?

Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin. Lalu bagaimanakah jika cinta cinta itu disalurkan melalui cara yang tidak syar’i?

Fenomena itulah yang melanda sebagian anak muda sekarang. Penyaluran cinta ala mereka bisa disebut dengan pacaran.

Allah melarang hamba-Nya untuk mendekati zina. Karena perbuatan itu keji dan buruk. Larangan ini sangat jelas dan tegas untuk tidak mendekati zina. Setiap perantara yang menuju zina adalah dilarang. Ini berarti memandang, berduaan, dan bentuk perbuatan lain yang dilakukan dengan lawan jenis karena hal itu sebagai perantara kepada zina adalah suatu hal yang terlarang.

Hal semacam itu sering terjadi di dalam pacaran. Saling pandang, pegangan tangan, dan berduaan adalah hal yang mendekati zina. Dan secara tegas Allah melarang mendekati zina. Oleh karena pacaran adalah hal yang mendatangkan atau perantara zina, maka hal itu juga dilarang.

Allah sangat memuliakan perempuan. Dan menjaga kehormatannya. Di dalam Islam, kita tidak boleh saling pandang antar lawan jenis. Justru, Islam menganjurkan untuk menundukkan kepala. Tentunya hal ini ada hikmahnya. Apa hikmahnya? Dengan menundukkan kepala, berarti kita tidak memandang seseorang itu secara langsung. Sehingga tidak memunculkan syahwat di dalamnya.

Pacaran yang hakiki adalah yang dilakukan setelah menikah bukan sebelum menikah. Pacaran yang dilakukan sebelum menikah adalah pacaran yang semu. Ia tidak akan mendatangkan pahala untuk kita. Justru, akan mendatangkan dosa. Jika kita pacaran setelah menikah, tentunya kita akan mendapat pahala dari Allah.

Di dalam Islam tidak ada pacaran pra nikah. Yang ada sesudah nikah. Ini yang benar. Yang diajarkan oleh syariat. Tapi, oleh setan sesuatu yang benar itu dijadikan sesuatu yang terlarang dan amat buruk. Sebaliknya, sesuatu yang terlarang adalah hal yang paling benar dan menyenangkan.

Begitulah, setan membolak-balikannya. Agar semakin banyak orang yang tidak beriman, dan menjadi temannya. Maka benarlah pepatah yang mengatakan, “Jika berduaan, yang ke tiga adalah setan”.

Dengan segala cara ia akan menjerumuskan seseorang mendekati zina. Karena ia tahu bahwa pacaran adalah hal yang paling dekat dengan zina. Maka, dibuatlah pacaran itu bak surga dunia. Masih zamankah pacaran? Saya rasa tidak. Kecuali pacaran setelah menikah. Janganlah kita terbujuk dengan rayuan setan. Kerena ia paling pintar membujuk manusia. Sebaiknya kita hindari pacaran. Karena ia mendekatkan kepada zina. Dan itu telah dilarang oleh Allah.

Pacaran sebelum nikah adalah pacaran yang semu. Yang lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahat. Yang mendekatkan kepada zina. Jika kita ingin pacaran, maka pacaranlah setelah menikah. Itu yang diajarkan oleh Islam. Bukan hanya mengikuti nafsu belaka. Tetapi ada unsur ibadah. Jika kita pacaran setelah menikah.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Masih Zaman Pacaran?"