Benarkah Pacaran Budaya Setan?


pacaran
Tyler Nix on Unsplash


Bicara cinta, hanya bicara nafsu belaka. Pada akhirnya, menjerumuskan kita ke neraka. Budaya pacaran adalah budaya setan yang benar adanya. Membuat kaum muda-mudi terjerat nafsu yang mendera. Iman tergadaikan oleh nafsu semata. Sehingga hilang akal, hilang arah dalam hidupnya. Bila sudah begini, akankah hidup jadi bahagia?

Bila mencari kenikmatan semata, neraka datang menyapa. Hidup ini indah bila taat pada-Nya. Jangan kau tertipu daya oleh setan yang menggoda. Hingga kegadisanmu kau serahkan padanya, sebelum datang waktunya. Nanti hidupmu jadi sengsara. Dan tak peroleh apa-apa. Hanya air mata yang tersisa.

Pacaran itu hanya tipu daya. Agar setan punya teman di neraka. Tidak ada kenikmatan selain daripada surga. Oleh karena itu, janganlah kau ikut padanya. Nanti hidupmu jadi tak berguna. Tersiksa di neraka.dengan api yang menyala-nyala.

Tidak hanya itu saja, kau juga telah membuat malu kedua orang tua yang telah melahirkanmu ke dunia. Merawatmu dengan penuh cinta. Bukankah mereka adalah sumber kebahagiaanmu semata? Kenapa pula kau ikuti nafsu yang mendera yang membawamu kepada lubang buaya? Menjadikanmu santapan mereka. Setelah itu kau dibuang begitu saja. Bagai sampah yang tak berguna. Hanya iman dan takwa, yang bisa menolong kita dari segala tipu daya, yang benar-benar ada. Janganlah kau berpaling dari-Nya, agar hidupmu tak hina.

Siapa yang ingin bahagia, pastilah ia mendekat pada Rabb-Nya. Dia yang menciptakan alam semesta, beserta segala isinya. Bukan asyik berpacar ria, yang tak ada faedahnya. Meskipun membawa kenikmatan, tapi itu semu adanya. Jangan kau ikuti nafsu yang mendera, bila hidupmu tak ingin penuh air mata.

Bila kau ikuti nafsu yang mendera, setan jadi bahagia. Karena ia berhasil menggoda manusia dan menjadikannya teman di neraka. Betapa ruginya kita, bila masuk neraka. Alih-alih dapat bahagia, justru sengsara dan penuh dosa. Surga pun pergi meninggalkan kita. Sirnalah sudah kebahagiaan kita, berganti azab yang mendera.

Jangan kau coba-coba pacaran, bila hidupmu tak ingin penuh air mata. Pemuda yang mencintaimu, belum tentu tulus adanya. Ia hanya mencari kesenangan dunia semata. Bila sudah dapat, kau pun ditinggalkannya. Setelah itu dia mencari penggantinya.

Berapa banyak pemudi yang kehilangan kegadisannya, hanya karena menuruti permintaan kekasihnya. Dengan dalih cinta katanya. Cinta yang bagaimana, yang bisa merenggut kesucian seorang wanita yang lemah dan tak berdaya. Sehingga harus menanggung malu karena perbuatannya. Para tetangga pun tak henti-hentinya mencemooh dirinya. Lalu, siapa yang harus bertanggung jawab padanya, bila perutnya semakin besar adanya.

Deras air mata tak lagi berguna, bila semua sudah terjadi adanya. Hanya taubat yang dapat menenangkan jiwa, dan kembali pada-Nya. Semoga ini dapat diambil hikmahnya, agar hal serupa tak melanda dalam kehidupan kita. Hanya iman dan taqwa, yang mampu menolong kita dari kejahatan dunia yang benar-benar mutlak adanya.

Hai kalian yang asyik berduaan, lebih baik ta’arufan. Jadi tak ada dosa dan beban. Hubungan bisa tetap berjalan, dengan batasan yang sudah ditentukan. Sehingga tidak menimbulkan syahwat yang berlebihan. Kesucian pun jadi terselamatkan.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Benarkah Pacaran Budaya Setan?"