Mengenal Generasi Langgas di Era Digital

Mengenal Generasi Langgas di Era Digital merupakan resensi atas buku Generasi Langgas karya Yoris Sebastian, Dilla Amran, dan Youth Lab terbitan Gagas Media.
Hasil Scan Pribadi



Judul Buku : Generasi Langgas

Penulis : Yoris Sebastian, Dilla Amran, dan Youth Lab

Penerbit : Gagas Media

Terbit : September 2016

Cetakan II : Oktober 2016

Tebal : viii + 194 hal

Isbn : 979-780-871-6



Apa yang terlintas saat mendengar istilah Generasi Langgas? Pasti bingung sekaligus juga penasaran. Ya, begitulah kira-kira yang terlintas di benak saya waktu melihat judul buku ini. Tak terasa kita sudah memasuki era digital. Era dimana segala informasi begitu mudah didapat. Buku ini, membahas tentang generasi millennials di Indonesia. Mungkin beberapa orang sudah tahu dengan istilah itu, tetapi mungkin juga ada yang baru mendengar pertama kali. Tenang, nanti kita akan segera mengetahuinya melalui buku karya Yoris Sebstian, dkk ini.

Pada bagian awal, kita diajak untuk mengetahui generasi millenials. Seperti penuturan Time magazine, yang dikutip oleh buku ini bahwa, “Generasi millennials adalah orang-orang yang lahir pada 1980-2000.” Lebih lanjut dipaparkan, “Di Indonesia, kami OMG Consulting menyebut generasi millennials dengan sebutan generasi langgas. Karena generasi ini sangat bebas memilih sekolah dan jurusan, memilih pekerjaan, bahkan sangat bebas untuk memilih usaha yang akan dijalankan.” (hal 4)

“Sebutan generasi langgas kali pertama kami perkenalkan di media massa pada saat Sumpah Pemuda tahun 2015. Salah satunya dimuat di harian Kompas halaman pertama yang memberi judul tulisan mereka, “Energi Kreatif Generasi Langgas”.” (hal 4)

Menurut Yoris Sebstian, dkk, generasi langgas ini adalah generasi yang sangat penting. Mereka menyebutkan bahwa, “Tahun 2015, jumlah millennials di Inonesia adalah 84 juta orang menurut Bappenas, sementara jumlah penduduk mencapai 255 juta penduduk. Berarti, 33% dari penduduk Indonesia adalah millennials. Kalau dilihat dari perbandingan usia produktif, antara 16-64 tahun, seperti yang ditetapkan pemerintah, maka sebanyak 50% dari penduduk usia produktif tersebut adalah millennials (16-36 tahun). (hal 4-5)

Angka 50% ini cukup luar biasa. Artinya, setengah dari usia produktif masyarakat, sebagian besarnya diisi oleh generasi millennialas atau disebut juga generasi langgas. Usia dimana lebih banyak didominasi oleh remaja-remaja yang baru lulus sekolah. Biasanya anak-anak muda ini lebih cekatan dalam bekerja. Saat ini kita hidup di era digital. Era dimana kemajuan teknologi begitu pesat. Pun arus informasi yang tak bisa dibendung. Sehingga kita perlu juga untuk memilah-milah mana informasi yang positif, dan mana yang negaatif. Kemajuan teknologi juga memudahkan seseorang dalam memilih sekolah dan jurusan yang dituju.

Buku ini menjelaskan, “Era reformasi tahun 1998 juga memberikan pengaruh yang besar bagi millennials Indonesia. Pada Mei 1998, millennials awal (kelahiran 1980-an) saat itu berumur 18 tahun, masa mereka akan memulai perjalanan menjadi dewasa dengan menjadi mahasiswa. Mereka melihat bagaimana senior-senior mereka mengekspresikan opininya di Gedung MPR-DPR yang menghasilkan lengsernya Presiden Soeharto. Sejak peristiwa Mei 1998, pers juga menjadi lebih bebas untuk memberitakan peristiwa politik. Kebebasan pers ini juga membentuk pola pikir millennials menjadi lebih kritis dan optimis bahwa mereka bisa menghasilkan perubahan.” (hal 8)

Lebih lanjut ditegaskan bahwa pengaruh terbesar bagi generasi langgas ini adalah hadirnya internet (hal 9). “Perkembangan di dunia digital ini yang memengaruhi millennials Indonesia secara signifikan. Keran informasi dari luar negeri terbuka dengan lancar sehingga millennials Indonesia dengan mudahnya mencari informasi dan bahkan mendapatkan teman dari belahan dunia manapun.” (hal 10)

Ya, tidak bisa dimungkiri, kalau akses internet bisa diakses oleh siapapun. Bahkan anak-anak usia dibawah 13 tahun saat ini sudah tidak asing dengan internet.

Selain itu, buku ini juga membagi generasi langgas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah The Student Millennialas, ini adalah millennials kelahiran tahun 1993 hinnga 2000. Tahun 2015 mereka rata-rata berusia 15-22 tahun. Smartphone mulai marak di Indonesia saat mereka berumur 14 tahun ke bawah, sehingga ketika mereka mulai dewasa, smartphone dan media sosial sudah digunakan sehari-hari. Kelompok kedua adalah The Working Millennials, yang lahir pada 1987 sampai 1993, atau pada 2015 mereka kebanyakan berumur 22-28 tahun. Millennials tertua pada tahun ini mengalami boom social media saat mereka mulai masuk SMA. Kelompok terakhir adalah The Family Millennials, yaitu mereka yang sudah mulai berkeluarga atau mulai memikirkan ke arah tersebut. Mereka rata-rata berusia 28-35 tahun pada 2015. Mereka adalah produk era reformasi karena pada 1998 mereka baru saja lulus SMA dan juga mengalami masa transisi dari analog menjadi digital pada masa SMA.” (hal 12-14)

“Pada 2020 hingga 2030, menurut perkiraan, Indonesia akan mencapai puncak populasi usia produktif, yaitu 70% dari total penduduk. Peran 84 juta millennials tersebut akan menjadi lebih signifikan lagi dalam perekonomian Indonesia dan akan menciptakan nilai ekonomi bagi negara lainnya.” (hal 7)

Buku ini cukup menarik untuk dibaca sebab dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik. Kita akan diajak untuk mengenal generasi millennials atau generasi langgas lebih jauh. Buku ini cocok bagi kalian yang ingin tahu tentang generasi millennials atau generasi langgas. Dilengkapi dengan stiker yang bisa di kreasikan dengan cover buku semakin membuat buku ini menarik untuk dibaca.

Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Mengenal Generasi Langgas di Era Digital"