Kerja Sama dan Kekompakkan Dalam Panjat Pinang


kerja sama
Truthseeker08 on Pixabay


Lomba Panjat Pinang, seakan menjadi lomba wajib dalam perayaan tujuh belasan. Betapa tidak, Panjat Pinang begitu digandrungi dan menjadi lomba yang paling ditunggu-tunggu kalangan masyarakat. Untuk bisa sampai ke puncaknya, tidak bisa semulus jalan tol. Karena panitia sudah lebih dulu melumuri pohon ini dengan oli. Juga lomba ini tidak bisa diikuti secara individu harus berkelompok. Ya, iyalah, kalau sendiri bagaimana bisa sampai ke atasnya ya, kan?

Jumlah kelompok dalam lomba ini tidak bisa dipastikan. Tapi, kita ambil rata-ratanya saja, paling sedikit berjumlah lima orang untuk setiap regu maupun kelompok. Nah, di sini kita tidak bisa egois. Sebab, lomba ini berkelompok harus ada kerja sama tim dan juga kekompakkan. Bila tidak begitu, ya bakal susah untuk sampai ke atas. Sebab, masing-masing orang berambisi dan bernafsu untuk bisa naik ke puncak.

Setiap kelompok harus mengatur siasat, bagaimana supaya timnya ini bisa lebih dulu sampai ke atas. Kita tentu sering melihat dalam setiap lomba Panjat Pinang ada orang yang berada paling bawah, terus orang kedua menaiki dan berpijak dipundaknya begitu seterusnya hingga orang terakhir. Nah, orang yang dibawah inilah yang menjadi fondasi keseimbangan kawan-kawannya yang lain. Bila dia terjatuh, maka seluruh teman yang berada di atasnya juga akan ikut jatuh. Bukan, begitu?

Di sinilah pentingnya kerja sama. Masing-masing orang harus mampu menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh dan bisa menggapai ke puncak. Untuk orang yang berada di atas juga tak boleh egois. Dia juga harus memberikan kesempatan pada kawannya yang lain untuk berada diposisi itu. Jika ini terjalin dengan baik, dan mereka saling bahu-membahu satu sama lain, maka puncak Pinang bisa diraih deangan jauh lebih mudah.

Jika hanya mengandalkan ego saja, maka tak ada satu pun yang bisa sampai ke atas. Sebab, pohon itu sudah licin bahkan sangan licin dengan lumuran oli dan air. Jika tidak bisa bekerja sama, tentu akan merosot lagi ke bawah. Sering kita saksikan saat detik-detik satu orang dari perwakilan regu akan berhasil ke puncak, kita ikut berdebar-debar dan penasaran. Namun, tiba-tiba dia dan kelompoknya merosot lagi ke bawah. Lantaran licin karena oli dan air maupun ketidakseimbangan tubuh dari masing-masing orang.

Lalu siapakah yang bisa sampai hingga ke atas sana?

Hanya mereka-mereka yang telah membangun fondasi yang kuat, solid, juga kompak yang berhak sampai ke puncak. Betul? Tanpa ketiga hal itu tentu akan sulit. Dimulai dari orang paling bawah, dia harus kuat dan kokoh pijakan kakinya agar mampu menyokong kawan-kawannya yang lain yang berada di atas pundaknya. Jika sedikit saja terjadi kelengahan, maka tumpuan itu akan goyah dan pada akhirnya pun jatuh. Begitu juga dengan orang kedua, pijakannya juga harus mantap dan tepat agar tidak mengganggu keseimbangan teman yang berada di bawah. Begitu seterusnya hingga sampai pada orang yang berada paling atas dibanding yang lain. Jika hal ini dilkukan secara kompak, maka tak akan goyah dan yang berada paling atas bisa mencoba naik hiingga sampa ke pucuk Pohon Pinang. Tugas yang berada dibawahnya hanya menjaga keseimbangan tubuh dan menjadi penyangga pijakan bagi kawan-kawan yang berada di atas bahunya. Intinya untuk bisa memenangkan perlombaan ini dibutuhkan kerja sama dan kekompakkan dari masing-masing tim atau regu.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Kerja Sama dan Kekompakkan Dalam Panjat Pinang"