Hakikat Pulang

Hakikat Pulang, merupakan resensi atas novel Pulang karya Tere liye terbitan Republika di muat oleh Kabar Madura.
Gambar: Kabar Madura

Kabar Madura 19 Januari 2017




Judul Buku : Pulang

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Republika

Tahun Terbit : September, 2015

Tebal : 400 Halaman

Isbn : 978-602-08-2212-9



“Pergilah anakku, temukan masa depanmu. Sungguh, besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang ada dalam dirimu. Pulang...” (hal 24)

Begitulah, ketika pertama kali orangtua harus rela melepas sang anak pergi merantau demi mewujudkan cita-cita atau impiannya. Ada rasa sedih yang amat mendalam yang dirasakan oleh orangtua tersebut. Sejatinya, anak itu akan kembali. Entah kapan hal itu akan terjadi.

Di dalam kehidupan ada yang datang dan pergi. Mereka yang datang (baca: lahir) diberi kesempatan untuk melihat dan menikmati dunia. Sedangkan mereka yang pergi (baca: mati atau meninggal) harus kembali ke tempat asalnya; pulang. Manusia sejatinya berasal dari tanah, dan akan kembali ke tanah.

Begitulah kehidupan, ada yang datang juga pergi. Terus silih berganti. Pada hakikatnya, sesuatu yang pergi itu kembali alias pulang. Pulang ke pangkuan Tuhan. Setiap makhluk yang bernyawa pasti mati (baca: pulang).

Kita tidak pernah tahu, kapan saatnya Tuhan memanggil kita untuk pulang. Ketika panggilan itu telah tiba, maka tak ada satu pun yang dapat menolaknya. Karena itu merupakan panggilan Tuhan kepada hamba-Nya, agar dia kembali pulang ke pangkuan-Nya.

Tentu ada rasa sedih, saat orang yang dekat dengan kita telah pulang terlebih dahulu. Tetapi kita harus ikhlas, karena Tuhan ingin bertemu dengannya. Setiap yang pergi akan digantikan dengan yang datang. Begitulah kehidupan. Cepat atau lambat, kita juga akan segera menyusul pulang. Jadi, persiapkanlah, bekal sebaik-baiknya.

“Agam, kembalilah. Pulanglah kepada Tuhanmu. Aku tahu kau tidak pernah menyentuh setetes pun minuman keras dan tidak mengunyah sepotong pun daging babi dan semua yang diharamkan oleh agama. Perutmu bersih, itulah cara Mamak kau menjagamu agar dekat saat panggilan untuk pulang telah tiba. Berdiri tegakklah pada kebenaran. Kau bisa melakukannya, karena kau adalah keturunan dua orang yang sangat penting di masa lalu. Kakek dari kakekmu adalah Tuanku Imam Agam, syahid, pejuang melawan Belanda. Satu lagi adalah perewa masyhur, yang kemudian menetap di kampung kita. Dia memang punya masa lalu hitam, tapi dia kembali, menunjukkan bahwa semua orang bisa berubah.” (hal 340-341)

Jika tadi hakikat pulang adalah kembali kepada Tuhan setelah hidup (baca: mati), maka hakikat pulang yang selanjutnya adalah kembali kepada Tuhan setelah tercebur ke dalam lubang hitam. Ketahuilah, bahwa Allah Maha Pengampun. Dia akan mengampuni siapa saja yang bertobat kepada-Nya.

Manusia terkadang tercebur ke dalam jurang kegelapan. Sehingga membuat mereka salah jalan. Akan tetapi, manusia masih diberi kesempatan untuk pulang (baca: tobat) selama nyawa masih dikandung badan. Meskipun kesalahan mereka sangat banyak. Tetap akan diampuni jika bertobat dengan sungguh-sungguh.

Agaknya, kita sama-sama menyadari bahwa tidak ada manusia yang tidak terjerat dosa. Semua terjerat. Akan tetapi, sebaik-baiknya orang yang berbuat dosa adalah yang bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulanginya kembali.

Begitulah hakikat pulang. Alangkah baiknya, sebelum kita pulang pada hakikat yang sesungguhnya, akan jauh lebih baik pulang dari perbuatan dosa. Pulang di sini bermakna meninggalkan perbuan dosa juga hal-hal yang dilarang oleh agama. Agar diri menjadi bersih dan suci. Sehingga ketika Allah memanggil kita, maka kita kembali dengan keadaan yang bersih dan suci. Seperti pada saat dilahirkan.

Percayalah, bahwa Allah Maha Pengampun. Jika punya kesalahan atau dosa, maka mohonlah ampun kepada-Nya. Agar segala dosa bisa diampuni. Juga jangan diulangi kembali kesalahan yang sama. Cukuplah satu kali ini saja. Jadikan itu sebagai bahan evaluasi diri. Juga pembelajaran.

Buku ini mengajarkan kepada kita hakikat pulang yang sesungguhnya. Pertama, pulang dari perbuatan dosa yang telah dilakukan. Sehinnga kembali pada jalan yang benar. Bukan jalan yang salah. Kedua, ialah hakikat pulang yang sesungguhnya, bagi makhluk yang bernyawa khususnya makhluk yang bermana manusia. Yaitu ajal atau kematian. Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalaminya. Siapa pun dia. Tidak terbatas oleh usia.

Memang, setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi, harusnya manusia itu sadar dan kembali. Bukan malah semakin menjadi-jadi. Tentu, kita tidak ingin, akhir hayat kita buruk. Oleh karena itu, ketika tercebur ke dalam dosa, cepat-cepatlah pulang. Sebelum pulang yang sesungguhnya. Dengan demikian, seandainya manusia harus kembali ke pangkuan Tuhan, paling tidak dia pulang dengan diri yang bersih. Tidak kotor. Meskipun di sepanjang hidupnya banyak melakukan kesalahan. Tetapi, Allah hanya menilai pada saat akhirnya. Jika akhirnya baik, maka seluruh hidupnya baik.

Begitulah, betapa Allah itu sangat sayang kepada hamba-Nya. Karena dosa sebesar apapun, jika dia bertobat sungguh-sungguh, maka akan diampuni. Tidak peduli apa yang telah dilakukannya. Sehingga, ketika manusia itu harus pulang, maka dia bisa pulang dengan tenang. Karena tak ada lagi dosa. Ketika dia benar-benar bertobat.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Hakikat Pulang"