Cerpen : Nia ingin Sekolah

ingin sekolah
Klimkis on Pixabay

“Ibu... Ibu... Ibu..“ teriak Nia sambil berlari menghampiri ibunya

“Iya, Nak. Ibu sedang di dapur” jawab ibunya

“Bu, sekolah itu apa sih?” tanya Nia dengan lugunya

“Sekolah itu tempat kita mencari ilmu dan mendapatkan ilmu Nak” jawab ibunya

“Berarti kalau kita sekolah kita bisa pintar dong Bu?”

“Iya, itu benar Nak”

“Kalau gitu aku mau dong Bu sekolah, nantikan aku jadi pintar terus aku bisa jadi dokter jadi bisa ngobatin Ibu kalau lagi sakit” minta Nia dengan lugunya.

“Ya sudah, nanti Ibu daftarkan kamu. Sekarang Ibu masak dulu ya”

Nia pun pergi meninggalkan ibunya begitu saja. Ia pun bermain bersama-sama temannya di perkarangan rumah. Karena ia begitu senang, ia pun menceritakan kepada teman-temannya kalau ia akan sekolah.

“Eh, kata ibu aku, aku mau di sekolahin dong..” Nia dengan bangganya bercerita

“Ah, masa sih?” teman-temannya meragukan cerita Nia

“Iya, beneran... kalau nggak percaya tanya aja ibu aku” Nia mencoba meyakinkan

Teman-temannya malah asyik bermain tanpa memperdulikan jawaban dari Nia. Nia pun tak menghiraukan sikap teman-temannya itu. Nia pun membayangkan nanti akan mendapat banyak teman baru ketika ia mulai sekolah.

“Ibu, kapan aku sekolahnya?” tanya Nia

“Nanti Nak, kalau kamu sudah cukup umur. Sekarang kan kamu baru lima tahun. Nanti tahun depan baru kamu bisa sekolah.” Jawab ibunya.

“Yah... nggak bisa sekarang ya Bu?” Nia tertunduk lemas

“Iya, sekarang kamu belajar dulu sama abang supaya nanti kamu sudah bisa kalau ibu guru bertanya” ibunya menyemangati

Nia pun berlalu dalam kekecewaan. Ia pun lebih sering menyendiri dan termenung sendiri. Apa yang ibunya katakan tadi, telah menghancurkan kebahagiaannya dalam sekejap. Dalam termenung, ia selalu membayangkan bagaimana rasanya sekolah itu. Bagaimana rasanya memakai seragam sekolah dan punya teman baru. Untuk anak seusianya tampak wajar, bila ia membayangkan hal itu.

Bukan maksud ibunya untuk melarang anaknya sekolah. Tapi memang karena usianya belum cukup. Manurut peraturan, anak usia 6 tahun baru bisa masuk SD. Bukan ibunya tak mau menyekolahkan anaknya TK, tapi karena memang tak punya biaya. Bila ia masukan anaknya ke TK, ia harus bayar pakai apa. Belum lagi, sekolah TK itu identik dengan jalan-jalan atau rekreasi. Tentu akan menambah pengeluaran lagi yang lebih besar.


Buat makan saja sudah pas-pasan, apalagi kalau harus bayar ini itu untuk jalan-jalan atau rekreasi. Ibunya hanya bisa menyekolahkan anaknya dengan sekolah gratisan buatan pemerintah. Oleh karena itu, Nia baru bisa masuk sekolah tahun depan.

Nia tetap saja masih murung. Berulang kali ia bertanya kapan ia mula sekolah. Lagi-lagi jawaban ibunya membuat ia tertunduk lemas. Seandainya ia punya mesin waktu, mungkin ia akan pergi kemasa depan agar ia bisa sekolah.

Namun, rasanya itu tak mungkin. Karena mesin waktu hanya ada di khayalannya saja. Ia hanya bisa termenung dan termenung sepanjang waktu menunggu akan tiba waktunya.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Cerpen : Nia ingin Sekolah"