Pilih Menulis Fiksi atau Non Fiksi?

Pilih Menulis Fiksi atau Non Fiksi
Pilih Menulis Fiksi atau Non Fiksi


Menulis adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan. Dengan menulis, kita bisa berbagi pengetahuan, pengalaman, maupun inspirasi kepada banyak orang. Ada dua jenis tulisan yang bisa dipilih yakni fiksi dan non fiksi. Keduanya, memiliki keunggulan dan tingkat kesulitannya masing-masing.

Kamu suka yang mana, fiksi atau non fiksi?

Sejauh ini saya lebih suka menulis non fiksi—karena saya lemah dalam fiksi. Masih harus banyak belajar lagi. Saat menulis non fiksi baik itu buku, artikel, maupun opini, terkadang kita membutuhkan sebuah data. Data tersebut digunakan untuk memperdalam topik bahasan dan memperkokoh argumen atau pendapat.

Oleh karena itu, seorang penulis wajib banyak membaca. Agar ia memiliki wawasan dan sudut pandang yang luas. Asma Nadia pernah menuturkan bahwa membaca adalah kuliahnya para penulis. Tanpa gemar membaca, tentu kita akan kesulitan menuangkan ide ke dalam tulisan dan juga kesulitan dalam merangkai kata.

Menulis fiksi atau non fiksi sama-sama membutuhkan riset. Jika dalam fiksi data yang didapat dari hasil riset kemudian diolah lagi dan dimasukkan ke dalam cerita. Dalam menulis fiksi, penullis tidak hanya berkutat dengan data, tetapi juga alur, penokohan, dan konflik. Agar cerita yang dihasilkan bisa hidup. Hal inilah yang membuat saya kesulitan menulis fiksi dan jarang membuat tulisan fiksi.

Keunggulan Fiksi


Kalau kamu suka menulis fiksi, kamu beruntung! Karena fiksi adalah salah satu jenis tulisan yang populer dan digemari banyak orang khususnya novel. Ya, orang lebih suka membaca cerita daripada tulisan yang kaku seperti karya ilmiah. Dengan membaca cerita, pembaca seolah-olah ikut merasakan hal-hal yang dialami oleh para tokoh di dalam cerita. Maka, tak heran, jika pembaca bisa hanyut ke dalam sebuah cerita.

Meski begitu, tidak mudah untuk bisa membuat cerita yang menarik. Dibutuhkan keahlian dalam mengembangkan imajinasi, alur, karakter, dan konflik—semua itu tidak bisa didapat dalam semalam. Butuh jam terbang tinggi dan banyak berlatih agar bisa membuat cerita yang tidak hanya menarik, tetapi memiliki pesan moral yang membekas di hati pembaca.

Keunggulan Non Fiksi


Meski tidak sepopuler fiksi, tulisan non fiksi juga memiliki peminatnya sendiri. Genre tulisan non fiksi yang cukup digemari adalah motivasi islami, pengembangan diri, dan bisnis. Dalam menulis non fiksi, kita tidak harus kaku seperti karya ilmiah, tetapi kita bisa menuliskannya dengan gaya populer yakni gaya penulisan yang mudah dipahami semua kalangan.

Sehingga tulisan kita bisa dipahami karena ditulis menggunakan bahasa sehari-hari. Menulis dengan bahasa sehari-hari membuat pembaca merasa dekat dengan kita.

Jadi, apapun jenis tulisan yang dipilih—baik fiksi maupun non fiksi—memiliki kelebihan dan keunikan masing-masing dan memliki pembacanya sendiri. Jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca banyak orang. Karena, setiap tulisan akan selalu bisa menemukan pembacanya.

Buat yang mahir menulis fiksi, teruslah menulis. Buatlah cerita yang inspiratif dan kaya akan pesan moral. Buat yang tidak mahir dalam fiksi, cobalah menulis dalam bentuk non fiksi. Sampaikan gagasan atau ide atau pandangan pribadi mengenai suatu isu yang sedang hangat kepada khalayak melalui tulisan yang ringan namun berbobot.

Apapun jenis tulisan yang kamu pilih, nikmati prosesnya dan terus berlatih menulis. Agar tulisan kita semakin baik dan enak dibaca. Jangan malu jika tulisanmu masih buruk, sebab itu wajar. Untuk bisa menulis bagus dan enak dibaca butuh jam terbang tinggi dan banyak membaca.

Selamat menulis!
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Pilih Menulis Fiksi atau Non Fiksi?"