Mendekatkan 99 Nama-Nya Melaui Novel

Mendekatkan 99 Nama-Nya Melaui Novel merupakan resensi atas Novel Cinta dalam 99 Nama-Mu karya Asma Nadia terbitan Republika.
Kabar Madura 12 September 2018 (Dok. Pribadi)


Judul Buku : Cinta dalam 99 Nama-Mu 

Penulis : Asma Nadia 

Penerbit : Republika 

Terbit : 1, April 2018 

Tebal :307 hlm 

Isbn : 978-602-5734-05-2 



Dalam halaman profil penulis buku ini, Asma Nadia dikenal sebagai salah satu penulis best seller paling produktif di Indonesia. Sudah 55 bukunya diterbitkan dalam bentuk novel, kumpulan cerpen, dan nonfiksi, selain puluhan antologi bersama (hlm 302). Hampir setiap karya Beliau selalu di filmkan. Saya sebagai salah satu penikmat novel Bunda Asma Nadia, begitu menikmati setiap kisah yang Beliau tuliskan dalam novelnya. Kemampuan penulis satu ini, memang bisa dibilang tidak diragukan lagi. Beliau mampu menyajikan kisah yang begitu mengalir serta sederhana, namun tetap kuat memiliki pesan moral. 

Dari beberapa novel Bunda Asma yang saya baca, novel ini terasa berbeda dengan novel-novel sebelumnya. Pun mengambil tema yang tidak biasa. Dalam novel terbarunya ini, Asma ingin mengajak kita lebih mengenal dan dekat kepada Allah melalui 99 nama-Nya yang indah (Asma’ul Husna). 

Seperti kisah yang dialami tokoh dalam buku ini, seorang pemuda tampan yang tabiatnya mendadak berubah drastis sejak kepergian sang ibu. Pemuda itu bernama Alif. Dia dan geng muralnya sering membuat sang bapak khawatir (hlm 4). Hubungan Alif dan bapaknya, kian renggang setelah sang ibu meninggal. Meski tinggal satu rumah, keduanya tak pernah berbincang lama, kalau ada, seperlunya saja (hlm 6). 

Alif lebih sering menghabiskan waktu dengan minum-minuman keras di kamar. Sebagai pelampiasannya atas kepergian sang ibu. 

“Cuma kepada ibu dua telinganya selalu terpasang. Sapa-sapa singkat, nasihat, bahkan ceramah panjang perempuan berwajah lembut, tak pernah mengukir kebosanan atau lelah pada diri Alif.” (hlm 9) 

Ibunya selalu menyelipkan nama-nama Allah di setiap kali mereka bercakap-cakap. Nama-nama inilah, yang pada akhirnya menggiring Alif menemukan titik cahaya di tengah kegelapan hidupnya. Alif yang terkesan tak peduli kepada bapaknya, ternyata memiliki cinta yang begitu besar (hlm 60), setelah sang bapak berpulang. Kepergian sang bapak, membuat hidupnya kian kosong. Tak memiliki sandaran. 

Semenjak sang bapak berpulang, pemuda tampan ini lebih sering melakukan hal-hal aneh yang tidak biasa ia lakukan. Alif dan anak buahnya mentraktir seorang kakek pemulung di warung makan. Justru, kegiatan mereka ini, berhasil membuat pemuda itu tersenyum dan sejenak melupakan kesedihan (hlm 62). 

Hingga puncaknya, ia dijebloskan ke dalam penjara karena fitnah yang ditimbulkan oleh kerabat ibunya yang ingin merebut bisnis keluarga Alif. Di dalam sel, pelan tapi pasti, pemuda tampan itu mulai menemukan titik kehidupan yang lebih cerah. 

“Dengan menggunakan pensil bekas yang ditemukan di bengkel pelatihan lapas, Alif membuat tulisan-tulisan kecil yang tersusun rapi. Sekilas mirip grafiti yang biasa ia buat bersama kelompok muralnya. Hanya saja, kali ini dalam ukuran kecil bernuansa hitam putih. Tulisan beberapa nama Allah entah kenapa begitu menyita perhatian setiap kali anak muda itu diliputi kejadian-kejadian yang belakangan membuntuti dirinya.” (hlm 97) 

Di sinilah, puncak perubahan Alif mulai terlihat dan pintu hidayah mulai masuk. Asma’ul Husna yang selama ini di ajarkan sang ibu, seakan terngiang kembali dan berhasil mengetuk hatinya untuk kembali meniti jalan yang benar. Di dalam penjara ini pula, pemuda itu kembali dipertemukan dengan Arum, sosok yang digambarkan Asma Nadia, sebagai gadis yang penyakitan namun selalu mengulang nama-Nya dalam setiap kejadian maupun doa. 

Di dalam novel ini, Asma Nadia mencoba mengajak pembaca untuk mengenal Allah lebih dekat melaui Asma’ul Husna. Tidak hanya sebatas pada menghafal nama-nama itu, tetapi lebih kepada bagaimana cara kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah yang mungkin diharapkan Asma, melaui novel terbarunya ini. Pada bagian akhir buku ini, Asma sengaja menyelipkan 99 Asma’ul Husna lengkap dengan artinya, agar pembaca bisa mulai menghafalkannya kemudian menerapkannya dalam tingkah laku hidup sehari-hari.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Mendekatkan 99 Nama-Nya Melaui Novel"