Menjadi Pribadi yang lebih Dekat Kepada-Nya

Menjadi Pribadi yang lebih Dekat Kepada-Nya merupakan resensi atas buku Allah You are My Everything karya Irja Nasrullah terbitan Mizania di muat oleh Kabar Madura.
Gambar: Kabar Madura

Di muat Kabar Madura Pada 16 November 2016




Judul Buku : Allah You are My Everything

Penulis : Irja Nasrullah

Penerbit : Mizania

Terbit : Januari, 2016

Tebal : 266 hal

Isbn : 978-602-1337-67-7


Pada hakikatnya, dunia ini hanyalah sementara. Akhiratlah yang menjadi tujuan selanjutnya. Tetapi, sering kali manusia menjadikan dunia ini sebagai tempat yang kekal. Mereka merasa dan yakin, bahwa mereka akan hidup selamanya di tempat yang fana ini. Padahal, yang terjadi tidaklah demikian. Alam yang selalu diagung-agungkan, suatu saat akan mengalami kehancuran. Di saat seperti itulah manusia akan tersadar, bahwa apa yang dilakukannya selama ini ternyata sia-sia. Tidak bisa menyelamatkan dirinya dari siksa neraka.

Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk memahami hakikat hidup yang sesungguhnya. Agar diri tidak tercebur dalam lumpur dosa yang berkelanjutan. Bukankah, hakikat penciptaan manusia hanya untuk beribadah kepada Allah? Hal itu pun sudah dijelaskan oleh Al-Qur’an.

Allah You are My Everything, merupakan karya dari Irja Nasrullah. Buku terbitan Mizania ini, ingin mengajak pembaca untuk memahami esensi hidup yang sesungguhnya. Pun mendekatkan diri kepada-Nya. Sehingga timbullah perasaan cinta yang begitu mendamaikan jiwa.

Pada bagian awal, buku ini mencoba menggambarkan hakikat dunia yang sesungguhnya. Bahwa dunia itu tempat yang sementara. Manusia diibaratkan seperti sedang bermimpi. Ketika terbangun, dia mendapati Malaikat Izrail telah menjemputnya (hal 16-17). Untuk menuju tempat persinggahan selanjutnya.

Ketika Malaikat Izrail menjemput, manusia seperti terbangun dari mimpi. Segala keindahan dan kemewahan dunia menghilang tiba-tiba. Uang, jabatan, popularitas, vila megah, mobil mewah, dan orang-orang tercinta ditinggalkan untuk selama-lamanya. Tiada lagi tawa dan suka cita. Hanya lembaran kain kafan yang menemani. Kaget, karena tiba-tiba tinggal terpencil diimpit bumi. (hal 17)

Begitulah keadaan dunia yang sebenarnya. Manusia tidak ubahnya seperti seorang musafir yang menetap sementara disuatu tempat untuk beristirahat. Setelah itu, kembali melanjutkan perjalanan guna menetap di tempat yang abadi. Tentu, kalau manusia memahami dunia itu sementara, mereka tidak akan terlalu mengejar dan mengagungkannya. Sebaliknya, mereka lebih mengutamakan akhirat sebagai tempat tinggal yang abadi.

Realitas kehidupan di dunia yang menipu telah dibuktikan secara ilmiah. Hal ini dapat dipahami ketika manusia belajar sains di sekolah. Bukankah mereka pernah belajar bahwa segala sesuatu yang dilihat, dengar, bau, dan rasakan merupakan sebuah proses yang terjadi di otak?

Misalnya, ketika melihat sesuatu maka kita akan mengirimkan sinyal-sinyal listrik ke otak dan otaklah yang memahami bagaimana kondisi sebuah benda. Dari proses dalam otak inilah manusia bisa mengatakan bahwa sampul buku yang sedang dibaca memiliki warna tertentu. Demikan juga bagaimana rasanya tangan menyentuh buku itu, juga terjadi dalam otak. Dunia dengan segala keindahannya tak lebih dari persepsi-persepsi di dalam otak. Inilah bukti lain kenapa dunia ini semu. (hal 23)

Dunia yang fana akan menghancurkan manusia-manusia yang menggantungkan hidupnya kepadanya. Menjadikannya segala-galanya. Memujanya bak dewa yang agung. Itulah ciri manusia yang buta dan cinta dunia. Dia tidak lagi mengetahui siapa yang telah menciptakan alam yang begitu fana ini. Dipikirannya, hanya menguasai dunia beserta isinya.

Hal ini akan menyebabkan manusia mendapat azab. Sebab, Allah murka kepadanya. Dunia yang seharusnya menjadi jembatan kedekatan antara hamba dan pencipta-Nya, justru menjadi jurang pemisah keduanya.

Memang segala keindahan dunia begitu menyilaukan. Sampai-sampai membutakan mata dan hati manusia. Tidak lagi dapat berpikir logis. Menghalalkan segala cara, bahkan saling sikut dan menjatuhkan satu sama lain adalah hal biasa. Jika hal ini dibiarkan, tentu akan ada banyak korban yang berjatuhan. Pelakunya pun jatuh dalam jurang kenistaan.

Buku ini cocok sebagai teman bacaan. Pembaca akan diajak merenungi hakikat dunia yang sementara ini seperti telah dipaparkan di atas. Dengan begitu, diharapkan akan tumbuh kecintaan pada Sang Pencipta sehingga diri selalu berada didekat-Nya. Pun semakin merasa diawasi, sehingga urung untuk melakukan suatu kemaksiatan.
Toni Al-Munawwar
Toni Al-Munawwar Toni Al-Munawwar adalah seorang blogger dan penulis buku. Ia mulai menekuni dunia menulis dari blog pribadinya. Beberapa tulisannya pernah dimuat media cetak dan elektronik.

Posting Komentar untuk "Menjadi Pribadi yang lebih Dekat Kepada-Nya"